Kanker payudara, kenapa kambuh??
Biozatix-News: Informasi Popular Sains Teknologi dan Kesehatan
Tuntas menjalani pengobatan penyakit kanker payudara kerap kali tidak membuat mantan penderita ini lantas bebas dari rasa cemas. Ada kekhawatiran lain yang muncul pasca pengobatan. Khawatir bahwa penyakit yang pernah dideritanya tersebut akan kambuh lagi atau kanker akan muncul lagi.
Pengobatan kanker, merupakan pengobatan yang berkesinambungan. Setelah pengobatan utamanya baik berupa operasi, radioterapi, kemoterapi , terapi hormon, atau terapi kombinasi antara operasi dengan radioterapi atau dengan kemoterapi maupun terapi hormon, tetap harus kontrol secara teratur untuk menilai ada tidaknya kekambuhan atau rekurensi.
Pada pengobatan kanker penilaian kesembuhan ada dua macam yaitu sembuh secara klinis dan sembuh secara patologis.
- Sembuh secara klinis: setelah dilakukan upaya pengobatan , maka kankernya hilang dan tidak tampak secara kasat mata, tetapi secara mikroskopis mungkin masih ada bibit-bibit kanker yang tertinggal atau sudah menyebar di bagian tubuh lainnya yang belum dapat terdeteksi dengan pemeriksaan yang ada saat ini.
- Sembuh secara patologis, artinya kanker sudah hilang, tidak tampak lagi secara kasat mata dan daerah sekitarnya sudah diperiksa secara patologis tidak terdapat sisa kanker. Namun upaya ini sulit dilakukan karena begitu luasnya daerah disekitar kanker yang harus diperiksa, dan juga untuk kanker yang menyebar ke bagian tubuh lainnya juga tidak dapat diperiksa.
Terdapat beberapa terminology untuk menilai respons pengobatan pada suatu kanker yaitu remisi komplit, remisi sebagian, remisi minimal, progresi .
- Remisi komplit (complete remission /CR) adalah keadaan dimana kanker sudah tidak terdeteksi lagi setelah pengobatan.
- Remisi sebagian (partial remission/PR) adalah keadaan dimana ukuran tumor berkurang 50 % setelah pengobatan dan tumor tidak tumbuh lagi.
- Remisi minimal (minimal remission/MR) adalah keadaan dimana ukuran tumor berkurang , namun tidak mencapai 50 %. Sedangkan progresi berarti ukuran tumor justru bertambah besar atau timbul benjolan lain setelah pengobatan atau penderita meninggal karena akibat kankernya.
- Tidak Terdeteksi
Dalam penanganan kanker, semua parameter yang berhubungan dengan factor prognosis dan juga factor prediksi haruslah diperiksa.
Faktor prognosis untuk menilai kemungkinan kambuh suatu kanker berapa persen dan berapa tahun setelah pengobatan, juga menilai ketahanan hidup penderita setelah diobati dengan pengobatan yang standart.
Faktor prediksi untuk menilai apakah suatu obat yang diberikan akan efektif atau tidak dalam mengobati kanker.
Sebagai contoh pada kanker payudara, untuk memperkirakan prognosis dan prediksi hasil pengobatan perlu diperiksa status reseptor hormon seperti Estrogen reseptor (ER), progsterone reseptor (PR), petanda atau marker genetic yaitu c-erbB-2, p-53. Selain itu juga dilihat hasil pemeriksaan histopatologi berupa jenis kanker, gradasi kanker, kelenjar getah bening di ketiak yang sudah terserang kanker, dan lainnya.
Sebelum dan setelah dilakukan pengobatan, perlu secara teratur diperiksa petanda tumor seperti CA 15-3, CEA. Dibandingkan nilainya sebelum dengan sesudah pengobatan, apakah sama, apakah ada kenaikan. Bila ada kenaikan harus dicurigai adanya kanker yang kemungkinan kambuh lagi.yang sudah terserang kanker, dan lainnya.
Sebelum dan setelah dilakukan pengobatan, perlu secara teratur diperiksa petanda tumor seperti CA 15-3, CEA. Dibandingkan nilainya sebelum dengan sesudah pengobatan, apakah sama, apakah ada kenaikan. Bila ada kenaikan harus dicurigai adanya kanker yang kemungkinan kambuh lagi.
Alat pemeriksaan yang ada saat ini, seperti rontgent paru, ultrasonografi, bone scanning, CT scan, MRI, laboratorium, tidak dapat mendeteksi adanya mikrometastasis atau adanya penyebaran maupun kekambuhan kanker yang masih sangat kecil ukurannya yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Alat-alat tersebut dapat mendeteksi bila kanker yang kambuh sudah mulai tumbuh . Jadi pada awal setelah pengobatan, deteksi kekambuhan kanker sulit diketahui.
Mengapa kambuh?
kekambuhan pada stadium awal biasanya tanpa gejala. Penderita merasa sehat, tidak ada kelainan. Keluhan terjadi setelah kanker kambuh dengan merusak organ atau jaringan disekitarnya, bisa berupa benjolan, borok, ataupun tulang keropos.
Besar kemungkinan , pada saat dilakukan pengobatan berupa operasi dan terapi hormon., sudah terdapat mikrometastasis yang tidak terdeteksi dan baru muncul dan tumbuh 7 tahun kemudian. setiap pasien kanker yang telah selesai menjalani pengobatan harus terus memeriksakan dirinya secara teratur agar bisa segera mengetahui bila muncul tanda-tanda kekambuhan. Mendeteksi kekambuhan pada tahap awal menjadi penting karena hasil pengobatannya akan lebih baik dibandingkan hasil pengobatan kekambuhan yang sudah lanjut. Kanker yang kambuh (residif) adalah kanker yang muncul kembali setelah dinyatakan remisi dengan pengobatan. Kanker yang kambuh tak selalu ditandai oleh adanya benjolan, tetapi dapat berupa sesak nafas atau nyeri pada tulang. Kekambuhan juga tak harus terjadi di tempat yang sama. .Prinsipnya kanker dikatakan kambuh bila ditemukan kembali sel kanker dengan jenis yang sama.
Kekambuhan itu mungkin karena pada waktu pengobatan sebelumnya ada sebagian kecil sel kanker yang tidak musnah. Sel-sel itu juga tidak dapat dibasmi oleh sistem pertahanan tubuh kita. Karena jumlahnya hanya sedikit, sel-sel kanker itu semula tak terdeteksi dan tidak menimbulkan tanda atau gejala apapun. Tapi kemudian, sel-sel kanker itu berkembang biak dan menyebar ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah atau getah bening. Setelah cukup banyak barulah menimbulkan tanda dan dapat dideteksi. Untuk mengantisipasi kemungkinan kekambuhan itulah, setiap pasien dianjurkan memeriksakan diri secara teratur, baik memeriksa sendiri di rumah atau rutin ke dokter setiap periode tertentu.