Biozatix News – Informasi popular Sains Teknologi dan kedokteran
Saat ini, analisis microdeletions kromosom Y dianggap sebagai alat diagnostik penting untuk penyelidikan infertilitas pria. Penelitian beberapa tahun terakhir mengidentifikasi ada tiga zona di lengan panjang pada kromosom Y, yang disebut Faktor Azoospermia (AZF), sering delesi terjadi disini sehingga menyebabkan pria tersebut menderita azoospermia atau lebih berat oligozoospermia (Vogt PH. et al., 1996). Lokus ini (AZFa, AZFb dan AZFc) mengandung gen yang mengendalikan urutan gen spermatogenesis yang benar. Perubahan satu atau lebih gen pada lokus AZF bisa menyebabkan penurunan drastis atau hilangnya sel sperma.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti mekanisme yang mendasari microdeletions pada AZF. Dalam beberapa kasus mengulangi DNA telah ditemukan memiliki peran penting. Kamp et al (2000) dan Sun et al. (2000) menunjukkan bahwa penghapusan pada lokus AZFa adalah hasil dari peristiwa rekombinasi antara dua urutan HERV15 provirus. Sebaliknya, penghapusan dari lokus AZFc mengikuti rekombinasi pengulangan blok DNA yang mengapit lokus ini (Kuroda- Kawaguchi et al., 2001).
Biasanya kromosom Y infertilitas pada pasien laki-laki yang memiliki azoospermia atau oligospermia berat, terdeteksi sebagai anomali morfologi dan / atau motilitas. 5% sampai 10% dari kasus diatas melalui analisis molekuler menunjukkan terjadinya microdeletions pada kromosom Y. Setidaknya ada empat gen yang perlu diperiksa untuk mengevaluasi integritas euchromatic kromosom Y: USP9Y (atau DFFRY), DBY, RBMY dan DAZ. Gen-gen ini telah terbukti secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam kesuburan pria.
Perlunya suatu standar Metode diagnostik telah mendorong negara Eropa mempublikasikan pedoman diagnosis dengan mengunakan PCR dan marker yang handal untuk dipakai sebagai alat diagnosis (Simoni et al., 1999). Empat tahun kemudian, setelah urutan lengkap kromosom Y diketahui (Skaletsky et al., 2003) dan didasari pengetahuan tentang mekanisme microdeletions (Kamp et al., 2000; Sun et al., 2000; Kuroda-Kawaguchi et al., 2001; Repping et al., 2002), Maka Pedoman Eropa yang baru diterbitkan (Simoni et al., 2004).
Pedoman baru ini berisi rekomendasi di mana pasien dapat memilih diagnosis molekuler. Menurut pedoman ini maka ada 5 hal, yaitu :
(a) PCR multipleks harus digunakan untuk langkah amplifikasi,
(b) Gen ZFX / ZFY harus dimasukkan sebagai internal kontrol pada amplifikasi, karena fakta membuktikan kehadiran satu copy baik pada DNA laki-laki dan perempuan,
(c) marker yang digunakan harus spesifik terhadap kromosom Y, tidak ada homolog pada kromosom lain dan tidak mengandung polimorfisme,
(d) Marker dibawah ini harus ada dalam analisis:
Lokus AZFa : sY84, sY86,
Lokus AZFb: sY127, sY134,
Lokus AZFc: sY254, sY255,
(e) gen SRY harus dimasukkan sebagai marker kontrol mengecek kehadiran faktor penentu testis (testis-detecrmining factor) dan urutan tertentu kromosom Y, untuk mengantisipasi gen ZFY yang tidak ada (misalnya pada laki-laki XX).
Disclaimer: Biozatix Indonesia adalah distributor yang menyediakan alat-alat laboratorium, alat kesehatan, serta reagensia elisa kits, immunohistochemistry (IHC), antibody, research grade chemical, western blot, HPLC colomn, alat patologi, HPV genotyping.